Wednesday, June 13, 2007

Mari Membaca Buku dengan PDA Phone

PDA phone banyak diminati oleh masyarakat golongan menengah ke atas, baik yang berbasis sistem operasi Windows Mobile maupun dengan sistem operasi lainnya seperti symbian dan linux. Walaupun ukurannya lebih besar dari handhone biasa, tapi dengan membawanya di pinggang seakan dapat menjadi sebuah simbol status sosial. Maklumlah, karena harganya jauh lebih mahal dari handphone dan mempunyai banyak fungsi dan feature seperti time manager, sehingga bisa mengesankan penggunanya adalah orang yang berduit, pintar, eksekutif dan sibuk.

Untuk dapat menggunakan PDA phone secara optimal, pemakai perlu mempelajari manual pengggunaannya, mencobanya dan menekuninya. Kalau tidak serius, biasanya pemakai hanya bisa menggunakannya untuk bertelepon, sms, mencatat dan menjadikannya sebagai kamera saja. Ujung-ujungnya, membawa PDA phone di pinggang dapat hanya sekedar memperoleh gengsi.

Padahal salah satu fungsi penting dari PDA adalah alat untuk membaca buku-buku (e-book). E-book adalah file komputer yang mewujudkan sebuah buku secara elektronis. File-file tersebut dapat dibuka dengan sebuah program aplikasi yang sesuai, sehingga pada layar PDA akan tampak sebuah buku yang bisa dibaca kapan saja dan dimana saja.

Ada banyak jenis format file e-book sesuai dengan program aplikasinya. Misalnya file berkode pdf yang dibaca dengan menggunakan program pdf reader semacam adobe reader, file berkode lit yang dapat dibaca dengan program Microsoft Reader, atau format dokumen portabel secara pdb dan prc.

Dua hal yang perlu dilakukan agar PDA phone dapat berfungsi sebagai buku elektronik adalah dengan menginstalkan program pembaca file e-book ke dalam PDA phone. Setelah itu kita harus mencari file e-book dan menyimpanya dalam memory PDA phone. Setelah itu kita dapat mulai menikmati bacaan tersebut.

Hal penting yang harus diperhatikan jika menggunakan PDA phone untuk membaca adalah ketersediaan tenaga baterai. Perhatikan pemakaian baterai PDA Phone agar tidak kehabisan daya pada saat kita perlu menelepon atau menunggu telepon seseorang. Tentu saja akan lebih baik jika selian menggunakan pDA phone kita juga mempunyai sebuah handphone biasa, sehingga tidak ada masalah jika kehabisan baterai karena membaca.

Tuesday, June 12, 2007

I Love Linux

Menggunakan Linux, susah-susah gampang. Bagi pemula akan terasa susah pada waktu melakukan instalasi. Setelah berhasil menginstall linux, selanjutnya terasa mudah dan enak digunakan. Memang sulit membiasakan diri itu sulit, tetapi dengan memaksakan diri menggunakan linux untuk keperluan pekerjaan sehari-hari maka semua akan berjalan lancar.

Linux saya gunakan untuk berbagai keperluan. Mengetik, berhitung, presentasi membuat program sederhana, mendengarkan musik, menonton video, bermain game, membaca e-book, internet, e mail dan sebagainya. Semuanya berjalan lancar sampai saat ini. Sudah dua tahun saya memakai Linux dan sampai saat ini belum pernah sekalipun program atau dokumen saya terkena virus. Hebat bukan?!

Memang sulit menginstal linux. Ada 3 kesulitan utama yang saya alami, yaitu : tidak semua komponen atau hardware dapat dikenali oleh linux, setup harddisk data agar dapat dibaca oleh linux dan sistem file permission. Setiap kali mengalami kesulitan, saya hentikan dulu prosesnya, beberapa hari kemudian saya teruskan kembali jika mendapatkan ide untuk pemecahan masalahnya. Untuk bisa lancar menggunakan linux desktop total waktu yang saya perlukan sekitar 8 bulan.

Distro linux yang pertama saya gunakan adalah Red Hat 9.0 kemudian Red Hat 9.2. Tetapi saya kurang puas dengan fungsi multimedianya. Selain itu saya juga tidak berhasil untuk membaca file data yang tersimpan pada harddisk berformat FAT dan FAT32. Saya lalu beralih menggunakan Mandrake 9.0 yang ternyata cukup mudah instalasinya dan enak dipergunakan. Kemudian saya menggunakan Mandrake 9.2. Sejak itulah saya merasa jatuh cinta pada Linux.

Selanjutnya saya menggunakan Madrake 10.2 , Mandriva 2005 dan kini Mandriva 2006. Selain itu saya juga secara bersamaan mencoba menggunakan Xandros dan Suse Linux. Semuanya berjalan baik-baik saja, walaupun beberapa kali ada kesulitan. Saya rasa distro linux yang paling sesuai dengan kebutuhan saya adalah Mandriva.

Selain mencoba berbagai distro linux dan versinya untuk mendapatkan yang paling cocok dengan komponen PC saya, saya juga terpaksa mengganti modem ADSL agar bisa dioperasikan pada linux. Modem ADSL saya yang semula Speed Stream dengan koneksi USB tidak saya pergunakan lagi karena tidak dapat beradaptasi dengan linux. Saya lalu menggunakan modem D-Link dengan koneksi ethernet port.

Untuk printer, saya baru dapat menggunakan printer lama saya epson CSX-40. Printer baru saya berjenis Canon MP 150 belum dapat dipergunakan. Mandriva belum menyediakan driver untuk printer multi fungsi ini. Mudah-mudahan pada Mandriva 2007 nanti sudah mampu mengoperasikan printer baru saya.

Memang diperlukan banyak usaha dan pengorbanan untuk bisa mengoperasikan linux. Tetapi saya sangat puas dengan kestabilan dan kehandalannya. Kini saya menggunakan linux desktop, baik untuk PC dan notebook di rumah maupun PC di kantor setiap hari. Pokoknya I Love Linux.

Budaya Flashdisk

Empat tahun yang lalu masih banyak pemakai komputer belum mengetahui adanya media penyimpan data berjenis flasdisk. Saat itu floppy-diskette 1,44 MB masih umum dipergunakan. Saya masih ingat ketika membeli Flashdisk merk twinmos berkapasitas 32 MB dan mempamerkannya kepada teman-teman di kantor. Hampir semua teman terpesona dengan benda yang saya katakan mempunyai kapasitas setara dengan 20 buah floppy diskette. Saat itu tidak semua komputer di kantor saya mempunyai koneksi USB.
Saat ini flashdisk telah umum dipergunakan di kantor saya. Hampir semua karyawan di berbagai golongan jabatan mempunyai flashdisk. Kapasitasnya bermacam-macam, yang paling rendah 512 MB dan rata-rata menggunakan yang 1 GB. Beberapa teman bahkan mempunyai flashdisk berkapasitas 2 GB dan 8 GB.
Sebagian teman yang beruntung mempunyai flashdisk yang dibelikan oleh kantor, alias barang inventaris kantor. Sebagian besar lainnya membeli flashdisk dengan uang pribadi, walaupun penggunaannya untuk keperluan kantor.
Membawa-bawa flashdisk menjadi budaya yang trend di kantor. Bertukar data menjadi kebiasaan, baik data-data urusan pekerjaan maupun urusan pribadi atau hobby. Memang praktis dan bergaya, tetapi kebiasaan ini sering menjadi awal malapetaka. Kemalangan terjadi karena semakin banyaknya jenis virus komputer yang ditujukan untuk merusak hampir seluruh data yang ada di dalam flashdisk.
Bukan hanya merusak isi data pada flashdisk, virus-virus ini sekaligus menyerang data yang tersimpan dalam harddisk komputer. Virus ini juga sekaligus dapat merusak sistem operasi komputer. Kalau sudah begitu, dari tingkatan direktur sampai juru ketik semuanya sibuk mencari progam antivirus atau mencari orang yang mampu membersihkan virus sekaligus meyelamatkan datanya.
Walaupun saya menggunakan sistem operasi komputer yang tidak punya banyak virus (linux OSS), tetapi saay juga tetap berhati-hati dalam menggunakan flash disk. Saya selalu mempunyai lebih dari satu flashdisk. Satu buah selalu saya pergunakan untuk keperluan 'copy-mencopy' data dari komputer teman. Flashdisk lainnya saya pergunakan hanya pada komputer pribadi saya di rumah dan tidak pernah dipergunakan untuk urusan kantor. Sampai saat ini (sudah dua tahun) masih aman-aman saja.