Gadget menjadi trend dalam budaya masyarakat kota besar di Indonesia saat ini. Gadget yang dimasud adalah segala macam peralatan elektronika untuk keperluan telekomunikasi, komputer dan sebagainya. Peangkat itu bersifat mobile dan dapat dibawa-bawa kemana saja dalam genggaman tangan (Handheld).
Gadget yang populer adalah : Handphone, Kamera Digital, PDA dan multi media player. Lalu munculah gadget multi fungsi seperti Handphone-Camera, PDA Phone, Handphone Music Player, bahkan PDA-Phone yang sekaligus mempunyai kamera dan dapat berfungsi sebagai multi media player.
Handphone memang cukup banyak diperlukan di negara ini. Keterbatasan jaringan telepon umum membuat orang mengandalkan handphone. Tetapi apakah kita perlu kamera setiap saat? Apakah kita perlu mendengarkan musik atau menonton video setiap saat dan dimana saja?
Sebagian orang mungkin tergila-gila pada musik, nonton video atau sangat berminat memotret moment apa saja yang dianggapnya berkesan. Tetapi ada sebagian lagi yang sekedar ingin mengikuti perkembangan teknologi. Masih ada orang yang mencari gadget tercanggih dengan motivasi tidak mau kalah dengan temannya, atau bangga mempunyai barang dengan harga tertinggi.
Gejala sekedar mengikuti teknologi dan tidak mau kalah di lingkungannya, terlihat dari cara orang tersebut memanfaatkan gadget-nya. Hanya sebagian kecil kemampuan gadget canggih itu dapat dimanfaatkan pemakainya. Kemampuan lainnya menjadi sia-sia. Tidak ada motivasi untuk memaksimalkan penggunaan gadget tersebut, karena sebenarnya kebutuhannya akan teknologi tersebut belum setinggi itu.
Iklan yang ditayangkan oleh para produsen juga sangat memikat. Gadget mahal diasosiasikan pantas dan harus dimiliki oleh orang berstatus tinggi, misalnya : eksekutif, usahawan besar dan sebagainya. Lalu yang terjadi adalah : orang membeli gadget mahal dan canggih agar tidak disebut kuno, tidak disebut tidak berkelas, alias demi gengsi.
Kalau memang kelebihan uang, tentu tidak menjadi soal. Paling-paling hanya kelihatan aneh dan norak saja, punya gadget canggih tapi hanya untuk telepon dan sms. Tetapi kalau dana terbatas dan memaksakan diri untuk membelinya, dapat juga disebut pemborosan yang konyol.
Gadget yang populer adalah : Handphone, Kamera Digital, PDA dan multi media player. Lalu munculah gadget multi fungsi seperti Handphone-Camera, PDA Phone, Handphone Music Player, bahkan PDA-Phone yang sekaligus mempunyai kamera dan dapat berfungsi sebagai multi media player.
Handphone memang cukup banyak diperlukan di negara ini. Keterbatasan jaringan telepon umum membuat orang mengandalkan handphone. Tetapi apakah kita perlu kamera setiap saat? Apakah kita perlu mendengarkan musik atau menonton video setiap saat dan dimana saja?
Sebagian orang mungkin tergila-gila pada musik, nonton video atau sangat berminat memotret moment apa saja yang dianggapnya berkesan. Tetapi ada sebagian lagi yang sekedar ingin mengikuti perkembangan teknologi. Masih ada orang yang mencari gadget tercanggih dengan motivasi tidak mau kalah dengan temannya, atau bangga mempunyai barang dengan harga tertinggi.
Gejala sekedar mengikuti teknologi dan tidak mau kalah di lingkungannya, terlihat dari cara orang tersebut memanfaatkan gadget-nya. Hanya sebagian kecil kemampuan gadget canggih itu dapat dimanfaatkan pemakainya. Kemampuan lainnya menjadi sia-sia. Tidak ada motivasi untuk memaksimalkan penggunaan gadget tersebut, karena sebenarnya kebutuhannya akan teknologi tersebut belum setinggi itu.
Iklan yang ditayangkan oleh para produsen juga sangat memikat. Gadget mahal diasosiasikan pantas dan harus dimiliki oleh orang berstatus tinggi, misalnya : eksekutif, usahawan besar dan sebagainya. Lalu yang terjadi adalah : orang membeli gadget mahal dan canggih agar tidak disebut kuno, tidak disebut tidak berkelas, alias demi gengsi.
Kalau memang kelebihan uang, tentu tidak menjadi soal. Paling-paling hanya kelihatan aneh dan norak saja, punya gadget canggih tapi hanya untuk telepon dan sms. Tetapi kalau dana terbatas dan memaksakan diri untuk membelinya, dapat juga disebut pemborosan yang konyol.